Renungan
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَـٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍۢ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَـٰرُ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, (QS.14:42)

Rabu, 15 Desember 2010


Menelan Akik Untuk Keselamatan ~
Belajar Ilmu Yang Tampaknya Seperti Islam
Nafsu mengelora untuk menjadi seorang yang serba bisa, laksana Nabi Sulaiman atapun hamba-hamba kekasih Allah yang lainnya. Segala cara berbau Islam kau lakukan. Tapi apa yang lakukan itu tak pernah kau renungi dengan ‘aqal sehatmu. Seperti, kau telan sebuah batu akik berwarna merah, kemudian kau pandang sebagai bertuah. Jika bukan karena dorongan nafsumu untuk menjadi seorang yang keramat, tak akan kau lakukan hal itu. Mengapa engkau begitu bodoh, wahai si Fulan?

Mengapa kau tidak pernah mau tahu untuk memahami kebenaran? Kau pandang semua itu benar, bila berbau Islam. Tapi apakah masuk di ‘aqalmu suatu benda mati mampu memberikan manfaat-guna. Ketahuilah olehmu, bahwa Islam itu dapat dan sangat mudah untuk diterima ‘aqal. Pertanyaan: “Dapatkah diterima ‘aqal, apa yang kau lakukan?” Jika benar sebuah batu akik yang kau telan itu bertuah dan menjadikan manusia keramat, maka tak perlu Nabi melakukan perang secara fisik terhadap kaum kafir. Cukup dengan menelan batu akik untuk menundukkan lawan hingga menyerah kalah. Nabi yang sudah pasti syurganya dan merupakan seorang manusia suci/tanpa dosa, tak pernah melakukan seperti yang kau lakukan itu. Lalu siapa yang kau teladani dalam hal ini? Dan siapa pula yang kau yaqini dalam hal ini? Begitu jauh sudah kau remehkan para Nabi Allah. Kau terlalu bernafsu untuk menjadi seorang keramat. Seorang yang berkeramat belum tentu sholeh di hadapan Allah yang murni. Sebab iblis pun dapat menjadikan seseorang berkeramat.

Di mata Allah, seorang hamba yang benar adalah hamba yang cukup ketaatannya konsekuen tanpa pamrih menginginkan sesuatu. Jika akik itu memang benar bertuah dan dapat berbuat sesuatu, tak perlu lagi ada pabrik pakaian. Cukup dengan akik yang kau telan itu, kemudian datanglah pakaian. Cobalah buka hati dan ‘aqalmu. Renungkanlah sesuatu yang kau lakukan itu! Sudahkah benar adanya semua itu?

Jangan kau biarkan dirimu berlarut-larut dalam kubangan sebagaimana kerbau. Sebab hanya akan menambah khayalanmu semakin tinggi. Padahal khayalan itu tidak kau ketahui dengan jelas bagaimana untuk memperolehnya, semua cara asal ada Islamnya kau anggap benar. Mengapa kau tak dapat menyalahkan cara-cara yang tidak dituntun Rasul, padahal dirimu telah diberi ‘aqal untuk bertanya dan mengerti. Tapi karena nafsu diri yang dituruti, berkhayal tinggi ingin menjadi orang sakti sehingga ‘aqal tak berfungsi.

Dikutip dari tulisan Ki Moenadi MS, berjudul: ”Kafara Nyata Pecah Niyat-Ucap & Sikap”, Halaman 22, Bunga Rampai LAUKAPARA Seri Noda-Noda Kehidupan; Yayasan Badiyo, Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar