Renungan
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَـٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍۢ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَـٰرُ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, (QS.14:42)

Kamis, 21 Oktober 2010

Tidak Dapat Selalu Dzikrullah

Wahai hamba Allah si Fulan!
Bagaimana kau bisa dapat selalu berdzikir kepada Allah, sedangkan pengertian dzikir itu sadar dan ingat kepada Allah dengan sepenuhnya. Untuk memperoleh sadar dan ingat itu sendiri, harus didahului dengan pengertian akan keberadaan Allah sekaligus terhadap kekuasaan Allah yang terhampar di permukaan jagad-raya ini.
Untuk memahami ini pun, diminta agar dapat mengerti terhadap tanda-tanda atau ayat-ayat Allah yang tertempel di seluruh alam ini. Selama seseorang belum dapat memahami tanda-tanda/ayat-ayat Allah tersebut, selama itu pula dzikrullah sulit didapat. Sedangkan hal paling berat yang menutupi untuk bisa memahami tanda-tanda/ayat-ayat adalah LOGIKA..
Kenyataan, sangat disayangkan banyak ummat Islam tidak memahami pengertian dzikrullah. Dzikrullah hanya diartikan pada ucapan yang di ulang-ulang banyak kali. Dzikir hanya dipahami sebatas ucapan bunyi, yang menyebut-nyebut Asma Allah.
Padahal dzikir secara esensi adalah mengerti dengan sesadar-sadarnya terhadap perbuatan Allah, yang begitu indah dan penuh dengan sifat kasih-sayang. Sebenarnya mereka yang dzikir hanya sampai pada kata-kata atau lafadz-lafadz ucapan adalah laksana burung gereja sedang berkicau di pagi hari. Apa yang dikicaukan oleh sang burung tak pernah dapat dimengerti. Bagi sang burung yang penting adalah bersama-sama berkicau.
Oleh karena itu wahai hamba Allah si Fulan!
Tinggalkanlah logikamu! Kemudian pergilah kau menuju ke sebuah hati. Di sana akan kau dapati hati sedang berdzikir. Menyadari akan keberadaan Allah sekaligus perbuatan-Nya. Semakin sering kau bertandang ke hati, semakin jelas kau melihat keberadaan Allah sekaligus dengan perbuatan-Nya. Tidak lagi melihat apa yang dilakukan diri adalah perbuatan diri, melainkan itulah perbuatan Allah yang telah memberikan tenaga dalam diri, sehingga diri lupa dapat berbuat. Dari sinilah kelak hatimu tak akan lupa dari berdzikir kepada Allah. Tetapi ingat! Bila logikamu kembali ikut campur, dzikir yang sedang berlangsung di hati akan pupus seketika itu juga. Sebab logika terus berkerja mengalihkan perhatian pada sekitar “daerah garis” atau “ pandangan garis”. Mengapa hal demikian ini dilakukan logika? Karena logika tak mampu menjangkau atau datang bertandang ke daerah hati, sehingga dengan berbagai alasan ditampilan logika untuk hanya mengalihkan perhatian diri dari hati.
Kesimpulan: seseorang sulit unutk dzikrullah disebabkan pandanganya yang belum sampai pada suatu inti haqeqat. Dalam hal ini pandangannya masih terbatas pada yang lahir atau yang tampak di mata saja, lazim dikatakan “dunia garis”.
Sedang mereka yang berdzikir tanpa pengertian dan kesadaran laksana burung gereja yang berkicau di pagi hari. Realisasi kicauan burung gereja ditampilkan pada kicauan kaum gereja. Mereka berkicau/bernyanyi tanpa mereka mengerti dan sadari akan keberadaan Tuhan mereka.

Dikutip dari tulisan Ki Moenadi MS, berjudul: ”Lemah Iman”, Bunga Rampai LAUKAPARA Seri Noda-Noda Kehidupan; Yayasan Badiyo, Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar