Renungan
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَـٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍۢ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَـٰرُ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, (QS.14:42)

Selasa, 05 Oktober 2010

Sering Mengejek Dan Membandingkan Orang Lain

Terlalu berani kau mengejek makhluq ciptaan Allah. Begitu pula membanding-bandingkan dengan fihak lain. Pertanyaan: “Dapatkah kau menciptakan hal yang lebih baik daripada yang kau ejek itu? Jangankan untuk mencipta, untuk mengerti ciptaan Allah saja dirimu sudah tak mampu. Buktinya: kau selalu menganggap dirimu paling baik! Padahal dirimu tumpukan kepalsuan dan kotoran, yang lebih jelek dibanding dengan orang yang kau ejek. Sadarkah kau haqiqat di balik apa yang kau lakukan dengan pekerjaan adu domba antar sesama? Sebenarnya kau sedang mencari perhatian orang lain dan agar dianggap sebagai kawan yang paling berjasa. Kau adu A dengan B, agar berfihak padamu kemudian A beranggapan: Kau adalah kawan yang paling baik bagi A, maka beritahukan A bahwa B begini dan begitu maksudmu agar B selalu menjelek-jelekkan A. dengan sendirinya A marah dan berterima kasih atas jasa baikmu. Begitu pula B kau perlakukan pula seperti A. Perbuatan semacam ini kau lakukan sebenarnya karena banyak orang yang tidak suka pada dirimu.
Ketahuilah wahai Si Fulan! Mereka bukan saja tidak suka kepadamu, bahkan jauh daripada itu, kau dipandang mereka sangat menjijikkan. Hanya kau saja yang beranggapan semua orang dapat kau dustai. Tetapi ingat, ada hamba-hamba Allah yang tidak dapat kau dustai. Ia tahu polah tingkahmu sampai pada keburukanmu yang sekecil apapun. Kepalsuanmu di hadapan hamba-hamba Allah sangat dipahaminya. Ia tertawa memandang dirimu yang yang tidak lebih laksana lalat hinggap diatas kotoran manusia, tetapi merasa diri bersih dan mulia. Hanya saja, bagi hamba-hamba Allah yang mengerti, hal demikian itu tidak ada gunannya. Apalagi untuk mengungkapkan kejekan orang lain, karena hal itu akan dipandang seperti pekerjaan anjing mencari-cari tulang di sampah. Di matamu boleh jadi hamba-hamba Allah tersebut kau pandang remeh, karena tampilannya tidaklah segagah tampilanmu yang penuh kemilau kepalsuan.
Tapi ingat dan ketahuilah! Sorotan mata hamba-hamba Allah tersebut sangat tajam dan awas karena matanya dipenuhi dengan cahaya Allah. Itulah penyorot keburukan yang dilakukan oleh manusia; sebagaimana Hadits Rasul mengatakan: “Berhati-hatilah terhadap hamba-hamba-Ku, karena dia dapat mengetahui isi hatimu yang paling dalam dengan nurullah”. Dalam istilah agama perbuatan mengadu domba sama halnya dengan penghasut. Figur seorang penghasut seperti yang disebutkan dalam QS.111:4
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (QS.111:4)
Demikian itulah istri Abu Lahab, “Pembawa kayu bakar” (sebagai simbol) untuk menyalakan api kedengkian. Bila telah membakar sangat mudah menjalar ke mana-mana sehingga timbul kepanasan dan ketidak-tenteraman di tengah-tengah masyarakat atau dengan istilah lain adalah fitnah. Fitnah itu laksana api yang dapat merusak dan menghancurkan kehidupan fihak lain. Dengan demikian benarlah apa yang telah dimisalkan oleh sahabat Rasul “Abu Bakar r.a.”. Dia lebih sering mengulum batu daripada banyak bicara. Karena banyak bicara sering mudah melukai hati seseorang. Renungi dan sadarilah dirimu! Cabutlah kata-katamu yang selalu menganggap dirimu lebih baik dan hebat. Padahal kenyataannya tidak lebih daripada istri Abu Lahab. Kau pandai berkata tidak suka atau benci terhadap sifat iblis. Tetapi kenyataannya pakaianmu adalah pakaian iblis, dengan contoh:
* Beranggapan diri lebih baik daripada orang lain.
* Beranggapan diri mampu dalam segala hal.
* Suka mengadu domba, menghasut dan memfitnah.
Semua contoh itu adalah pakaian iblis. Iblis tidak suka Adam a.s berdiam di syurga. Dihasutnyalah bahwa Allah menipu Adam a.s. dengan bukti; Adam a.s. tidak boleh mendekati pohon khuldi, kemudia Adam a.s. pun tergelincir dari syurga dengan kata-kata fitnahan, adu domba atau hasutan tersebut. Begitu pula dirimu yang tidak suka melihat orang lain hidup tenteram. Kau hasut satu sama lainnya hingga timbul kericuhan. Itulah api permusuhan seumpama kayu bakar dibawa ke mana-mana, yang dilambangkan oleh istri Abu Lahab.


Dikutip dari tulisan Ki Moenadi MS, berjudul: ”Si Paul Peci di Atas Dengkul”, Bunga Rampai LAUKAPARA Seri Noda-Noda kehidupan; Yayasan Badiyo, Malang.

1 komentar: