Renungan
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَـٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍۢ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَـٰرُ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, (QS.14:42)

Jumat, 29 Oktober 2010

PEREKONOMIAN Dijiwai Semangat MONUMEN 28-10-1928

(Bagian 2)
Persatuan & Kesatuan Jalinan Kebenaran
Hadapi Badai-Gelombang-Memecah Yang Direkayasa

Badai-gelombang boleh jadi memecah bukan sekali dua kali muncul di negeri ini. Setiap goncangan hadir di dalam negeri ini, pasti badai gelombang-memecah muncul mengiringiya. Badai-gelombang-memecah itu telah di persiapkan dalam kemasan yang cukup terorganisir oleh pihak luar. Melalui kaki-tangannya yang disebar melalui lembaga-lembaga masyarakat.
Memang negeri ini sejak dahulu kala terlalu sangat empuk untuk dijadikan sasaran perpecahan loleh badai-gelombang. Mengingat dari letak geografis wilayah negeri ini yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil, tampaknya amat mudah memasukkan badai gelombang-memecah ke dalam wilayah negeri ini.
Tetapi ingat dan sadarilah, tidak selamanya perhitungan diatas kertas dapat menghasilkan ketepatan dan kepastian,

termasuk dalam hal membawa bangsa menuju perlabuhan adil-makmur, tidak akan tercapai tujuan itu, bila dikonsepkan hanya dengan berlandaskan pada perhitungan di atas kertas. Sebab perjalanan bangsa ini bukanlah perjalanan bersifat mati, tetapi perjalanan suatu bangsa menyangkut perjalanan hidup dan kehiduapan manusia dan alam yang berarti nenyangkut getaran-gertaran dzat hidup, baik yang ada pada manusia maupun yang ada pada alam semesta, sudah ada yang mengatur perjalanannya. Dibalik letak geografis kepulauan negeri ini, tersimpan potensi persatuan dan keatuan yang diikat dengan jalinan bathiniyah. Sebab jalinan bathiniyah yang terbentuk pada jiwa masyarakat bangsa Indonesia yang tersebar dari Ujung-Barat hingga Ujung-Timur wilayah negeri ini, berakar pada pohon kebenaran yang di dalamnya terkadung nilai-nilai luhur kebenaran yang diwarnai dengan keagamaan, yaitu Pancasila dan UUD ’45. meskipun menurut pandangan mata-kepala letak geografis wilayah negeri ini dapat dijadikan sasaran empuk bagi badai-gelombang-memecah, tetapi tidak akan mudah begitu saja badai-gelombang memecahnya. Jalinan bathiniyah inilah yang sebenarnya telah mempersatukan jiwa bangsa dalam wadah Persatuan & Kesatuan dengan butir-butir: berbahasa satu bahasa Indonesia; berbangsa satu bangsa Indonsia; bertanah air satu tanah air Indonesia. Dan jalinan bathiniyah ini pulalah yang sulit untuk di terobos oleh fihak manapun termasuk badai-gelombang perpecahan.
Dengan menggunakan kaki-tangan yang ada didalam negeri inilah fihak luar melancarkan dengan diam-diam politik adu-domba. Keberadaan politik adu domba ini sungguh sangat membahayakan sekali bagi keutuhan persatuan bangsa. Karena, politik adu domba ini permainan sangat licin, dia dapat menyerang kelompok mana saja, sejak dari kalangan elite ABRI hingga kalangan rakyat yang terbawah. Fihakluar tetap akan berupaya menguasai wilayah negeri ini, tidak dengan cara langsung fisik, tetapi dengan cara antara lain penjajahan ekonomi dengan ketergantungan pada fihak luar. Cara demikian ini bukan saja dilakukan fihak luar terhadap wilayah negeri ini, tetapi juga dilakukan dilakukan terhadap hampir semua wilayah Asia-Afrika, yakni negara-negara yang kaya akan hasil buminya. Dengan demikian SEBENARNYA MUSUH BAGI BANGSA INI BUKANLAH TERHADAP BANGSANYA SENDIRI, tetapi yang harus diwaspadai setiap saat adalah musuh politik adu domba.
Saat ini jenis badai penjajahan itu adalah badai penjajahan ekonomi-ketergantungan, yang bisa jadi diboncengai oleh badai-gelombang-memecah. Itulah sebabnya perlu adanya kebijakan tegas dan kesadaran kelompok kepemudaan untuk kembali kepada Fitrah monumen 28-10-1928. maka dalam keadaan sangat kritis, dengan dilandasi kesepakatan bersama dan tetap berpegang-teguh pada kesatuan dan persatuan, naqoda kapal diharapkan dapat mengambil tindakan untuk sesaat memutar haluan, agar tidak terlalu lama terjebak dalam serangan badai-gelombang. Sedangkan yang dimaksud memutar haluan ialah mundur selangkah atau kembali pada perjuangan murni yang tidak berembel-embel pada upaya kepentingan pribadi, kelompok maupun partai. Sebab badai yang sedang dihadapi ini adalah badai nasional bukan badai kelompok atau partai.
Dengan demikian perlu disadari dengan sedalam-dalamnya, baik oleh naqoda selaku pemimpin tertinggi dalam pelayaran kapal maupun para awak-kapal bahwa kapal itu tidak hanya diisi oleh naqoda dan awak-kapal saja. Dalam hal ini muatan yang terbanyak didalam kapal itu adalah jutaan penumpang atau jutaan jiwa rakyat lengkap dengn segala sandang-pangan dari hasil kekayaan bumi, yang sebenarnya hasil bumi itu dpergunakan untuk kemakmuran bangsa, bukan untuk kemakmuran sekelompok orang tertentu saja.

Tulisan ini adalah ringkasan yang dikerjakan Noer Soeryo dari tulisan Ki Moenadi MS yang berjudul "PEREKONOMIAN Dijiwai Semangat MONUMEN 28-10-1928", Yayasan Badiyo, Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar