Renungan
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَـٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍۢ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَـٰرُ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, (QS.14:42)

Kamis, 28 Oktober 2010

PEREKONOMIAN Dijiwai Semangat MONUMEN 28-10-1928

(Bagian 1)
Ditengah Terpaan Badai
MASIH ADA HARAPAN BERLAYAR BAGIMU NEGERI-KU!
Menghantar Bangsa Ke Pelabuhan Adil Makmur Bersahaja

Ibarat kapal atau bahtera sedang berlayar dalam perjalanan panjang di atas samudera luas, membawa padat penumpang maupun barang-barang menuju pelabuhan pasti. Sudah barang tentu harapan bagi naqoda, awak kapal khususnya para penumpang kapal dapat berlayar penuh diatas ketenangan hingga di pelabuhan yang telah pasti tujuannya. Seorang naqoda yang memiliki tingkat pengamatan tinggi, sebenarnya sudah dapat mengetahui terlebih dahulu tanda-tanda kedatangan badai-gelombang samudera. Sudah barang tentu dituntut adanya kejelian diiringi sikap siaga, penuh waspada dan hati-hati pada diri seorang naqoda. Bila badai-gelombang berhasil menggoncangkan kapal, apappun yang terjadi tetap akan dihadapi, dan segala daya upaya tentu akan dikerahkan untuk menyelamatkan kapal.
Sedangkan untuk menghentikan

pelayaran kapal di tengah amukan badai-gelombang tidaklah tepat, maka agar kapal yang sedang berlayar tidak sampai ditenggelamkan goncangan dasyat, perlu adanya langkah kebijakan yang diambil seorang naqoda beserta para awak-kapalnya. Tindakan kebijkan yang dimaksud adalah tindakan bijaksana, sekali lagi tindakan bijaksana bukan tindakan bijaksini. Karena , selama ini kurang lebih dalam kurun waktu tiga dasawarsa telah terjadi krisis kebijakan dalam kapal yang berlayar membawa bangsa beserta hasil buminya. Bukan sikap bijaksana yang dilakukan naqoda selama ini, tetapi bijaksini. Akibatnya sebagian besar penumpang tidak dapat menikmati pelayaran dengan tenang dan nyaman.
Langkah pertama yang perlu dijadwalkan oleh naqoda beserta awak-kapalnya adalah merecall atau memperbaharui kembali kebijakan bijaksini yang selama ini berlangsung dilakukan naqoda sebelumnya, dengan langkah tindakan bijaksana secara tepat dan pasti. Sehingga diharapkan dengan adanya sikap merubah kebijakan dari bijaksini menjadi bijaksana secara bertahap akan memulihkan kembali krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan inilah mula pertama timbulnya sulutan permainan yang dimanfaatkan fihak luar untuk membuat lubang–lubang perpecahan, yang berarti akan membawa dampak hilangnya persatuan dan kesatuan bangsa ini.
Dalam hal ini yang dijadikan fihak luar sebagai kaki-tangannya adalah mereka yang berpura-pura tampil untuk menyelamatkan bangsa, atau dengan kata lain mereka yang mementingkan keuntungan pribadi, kelompok di atas kepentingan bangsa. Mereka bergentayangan di dalam negeri ini, kemudian dengan bebas pula mengatas-namakan dirinya kelompok rakyat. Tidak salah bila semua fihak saling waspada terhaap gerakan yang mengatas-namakan dirinya kelompok rakyat, karena belum tentu gerakan itu murni dari rakyat.
Maka yang perlu diwaspadai dalam hal ini adalah target yang hendak dilakukan fihak luar melalui permainan lubang-lubang perpecahan, bukan saja perpecahan sebatas kelompok atau partai, bahkan lebih jauh yang hendak direncanakan adalah menimbulkan pepecahan antar wilayah atau daerah. Badai-gelombang yang begitu kompleks ini seharusnya dihadapi bersama dengan bergandeng-tangan oleh semua lapisan masyarakat sejak dari Ujung-Barat hingga ujung-Timur wilayah kesatuan Indonesia.
Marilah mengalang persatuan dan kesatuan bangsa sebagai modal kekuatan utama menghadapi seluruh badai-gelombang yang menerpa perjalanan bangsa. Bila lubang-lubang perpecahan dapat ditutup bersama dengan persatuan dan kesatuan bangsa, maka perjuangan bangsa akan lebih terarah pada pemulihan atau menumbuhkan kembali perekonomian bangsa yang juga hampir dilanda kelumpuhan . untuk itu, semua lapisan, semua fihak sangat dituntut kesadaran dan kebesaran jiwanya untuk berpegang-teguh pada motto yang bernilai sangat agamis dan bernilai sangat luhur, yakni “BERSATU KITA TEGUH BERCERAI KITA RUNTUH”. Asalkan semua fihak mau dengan kesadaran tinggi dan didorong dengan keinginan luhur untuk bersatu bergandeng-tangan menghadapi badai-gelombang yang begitu kompleks; meskipun kapal atau negeri ini dalam keadaan terseok-seok berlayar karena dilanda terpaan badai-gelombang, tetap masih ada harapan bagi kapal atau negeri ini untuk menghantrarkan bangsanya ke pelabuhan adil-makmur bersahaja. Untuk itu perlu adanya penyegara atau pembangkitan kembali samangat hidup monumen 28-10-1928, yang telah berhasil membawa bangsa Indonesia dalam pengakuan kemerdekaan Ibu Pertiwi.
Tulisan ini adalah ringkasan yang dikerjakan Mas Rhido dari tulisan Ki Moenadi MS yang berjudul "PEREKONOMIAN Dijiwai Semangat MONUMEN 28-10-1928", Yayasan Badiyo, Malang

2 komentar:

  1. Baru di Blog ini saya mengenal kata "bijaksini"...!

    BalasHapus
  2. Benar apa yang anda katakan, sayapun baru mengetahui kata BIJAKSINI hanya pada tulisan Ki Moenadi MS. Kalo memang kata BIJAKSINI tidak ada dalam kamus besar kosa kata bahasa Indonesia, bukankah hal itu sangat tepat?, artinya BIJAKSINI tidak dipake di negeri ini, kalo kita ambil makna lebih dalam bahwa seluruh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh 'naqoda' haruslah BIJAKSANA, bukan kebijakan yang BIJAKSINI yang selama ini berlangsung, yaitu kebijakan yang selalu bijak kepada SINI (yang mengeluarkan kebijakan).
    Untuk mengetahui lebih dalam apa dan bagaimana penyembuhan bangsa ini, kami persilahkan anda mengikuti postingan diatasnya, trimakasih atas komentarnya.

    BalasHapus