Renungan
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَـٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍۢ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَـٰرُ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, (QS.14:42)

Rabu, 27 Oktober 2010

Dendam lanjutan…

Nabi Muhammad s.a.w., ketika dicela, dicerca bahkan dilempari di depan rumahnya dengan kotoran manusia, semua itu dibalasi dengan kebaikan-kebaikan, seperti mendo’akan dam memohonkan ampunan bagi lawan yang telah berbuat kejahatan.
* Cobalah kau renungkan mendalam ke lubuk hatimu!
* Allah menciptakan manusia lengkap jasad dan nyawanya!
* Allah memberinya rizqi,
* Allah memberi tenaga agar manusia dapat bergerak dan berbuat,
* Allah memberi mata untuk melihat,
* Allah memberi telinga untuk mendengar,
* Allah memberi mulut, untuk dapat berkata-kata dan makan.
Utuhlah semua yang ada dalam diri manusia Allah berikan dengan serba berkecukupan untuk manusia. Tetapi apa yang dikembalikan manusia terhadap Allah? Tidak lain umpatan, gerutuan, pembangkangan atau keingkaran, kesombongan dan bahkan suka mencela ciptaan Allah. Pertanyaan terhadap sikap manusia yang demikian itu, apkah segera dibalasi Allah kejahatannya atau Allah dendam dengan menumpas habis semua manusia? Padahal untuk menumpas habis kehidupan manusia bagi Allah sangat muda. Tetapi bukankah demikian sikap Allah. Kasih sayang, penerima taubat dan pemaaf lebih menghiasi sifat-Nya.
Sikap Allah memang tidak segera membalas atau menumpas habis manusia yang jahat. Kerena Allah terus bersikap membuka pintu taubat seluas-luasnya. Dengan demikian memberi kesempatan bagi manusia untuk memperbaikai dirinya. Maka bila dirimu terus menerus menaruh dendam, berarti kau telah tampil melebihi sifat Allah. Inilah yang telah Allah isyaratkan dalam firman-Nya: Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas” (QS.96:6), yang dimaksud melampaui batas adalah melampaui kekuasaan Allah, termasuk dirimu selama ini. Oleh karena itu sadarilah! Waktu atau usiamu telah banyak terbuang begitu saja dengan sia-sia. Berpaculah sekuat tenaga atau semaksimalnya menurut batas kemampuanmu untuk menutupi kerugian masa yang lalu. Jangan sia-siakan waktu sedikitpun, sebab waktu bila elah berlalu tidak akan dapat ditarik atau diraih kembali.

Dikutip dari tulisan Ki Moenadi MS, berjudul: ”Si Paul Peci di Atas Dengkul”, Halaman: 37, Bunga Rampai LAUKAPARA Seri Noda-Noda Kehidupan; Yayasan Badiyo, Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar