Renungan
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَـٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍۢ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَـٰرُ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, (QS.14:42)

Minggu, 24 Oktober 2010

Dendam Lanjutan…

Bagaimana bisa ibadah yang dilakukan akan menghasilkan buah yang baik? Sementara setiap ibadah ditanam atau ibadah dilakukan selalu dimakan ulat. Ibarat seseorang menanam tanaman tanpa dirawat dan dijaga dengan baik, pastilah setiap daun, putik, bunga maupun bakal buah yang hendak muncul, sudah terlebih dahulu dihadang atau dimakan ulat. Begitulah ibadahmu selama ini. Ulat pengrusak tanaman seharusnya dibasmi terlebih dahulu, tapi bagimu malah dirawat dan dipelihara. Siapakah ulat tersebut? Itulah iblis terlaknak. Tidakkah kau ketahui wahai Si Fulan, satu-satunya makhluq ciptaan Allah yang mula pertama melahirkan dendam adalah iblis? Kedengkian terhadap Nabi Adam a.s. membuat iblis menaruh dendam besar terhadap anak cucu Nabi Adam a.s. hingga akhir zaman. Tetapi tampaknya manusia–manusia pun banyak mentauladani sifat iblis (termasuk dirimu di dalamnya). Sedangkan hamba-hamba Allah yang beriman sejati, sekali pun mereka disiksa, dicerca maupun difitnah tidak pernah membalas kejahatan apalagi untuk berdendam. Malah sebaliknya mereka (para hamba-hamba Allah) selalu memohon ampun terhadap dirimu sendiri dan terhadap fihak yang telah menjahatinya. Contoh:
Nabi Adam a.s., jelas-jelas ditipu atau disiasati oleh iblis. Sehingga Adam a.s. beserta istrinya terlempar dari syurga. Secara logika manusia, bukankah wajar bagi Adam a.s. & Hawa untuk membalasi kejahatan iblis atau berdendam. Sekalipun Adam a.s. & Hawa (telah memperturuti tipu daya iblis) mereka harus menebusnya dengan diturunkan ke bumi. Namun demikian, baik Adam a.s. maupun Hawa tidak pernah membalasi kejahatan iblis ataupun dendam. Sebaliknya Adam a.s. & Hawa malah berhati-hati dan memohon ampun atas kesalahan dirinya sendiri (Adam a.s. & Hawa). Maka pertanyaan: “Siapakah kini yang kau tauladani?” Jika kau merasa dirimu adalah manusia, berarti dirimu adalah anak cucu Adam a.s. Dengan demikian, pola hidup yang dituruti atau ditauladani adalah pola hidup para Nabi. Mereka semua adalah satu jalur keturunan yaitu Nabi Adam a.s. Sedangkan iblis bukanlah sejalur atau segaris dengan manusia. Iblis dibuat dari api, sedangkan manusia dari tanah. Dari asal usul kejadian ini saja, tampaklah perbedaan tegas antara manusia dan iblis. Tetapi herannya banyak manusia menyeberang bahkan bertempat tinggal sejalur iblis.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar