Renungan
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَـٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍۢ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَـٰرُ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, (QS.14:42)

Sabtu, 23 Oktober 2010

Dendam

Wahai Si fulan yang bersifat laksana kodok! Seseorang berani menyatakan diri beriman, berarti di dalam hatinya tidak ada lagi apa dan siapa, termasuk sifat dendam. Tidakkah kau ketahui bahwasanya seseorang berdendam hati adalah laksana penyimpan api dalam sekam. Sepintas api itu memang tidak tampak tetapi kepulan asapnya telah cukup membuat sesak keadaan, karena asap api tersimpan dalam sekam. Apabila sekam itu sedikit saja disulut atau dikipas, meledak dan menyemburlah api dari sekam. Dengan demikian seorang pendendam, sama halnya ia menyimpan dan merawat iblis dalam hatinya. Iblis kau selimuti rapat dengan dendam. Bertambah hangatlah tubuh sang iblis di sudut hatimu. Sebab dendam adalah amarah, amarah adalah panas hati, panas hati adalah api, sedangkan api

itulah bahan dasar pembuatan iblis. Selama iblis masih terawat dan terpelihara baik di dalam hati, jangan kau sangka ibadah yang kau lakukan telah berarti. Walaupun tampak dimata kepala tubuhmu atau ragamu jungkir balik melakukan ibadah, seperti: sholat, puasa, infaq, haqeqatnya dirimu tidaklah beribadah. Apa yang telah kau lakukan dengan ibadah tersebut tidak pernah dapat mengalir ke hati, apalagi ke nafsu. Sedangkan keberadaan iblis di sudut hatimu, adalah ulah dirimu sendiri selaku perawat dan pemeliharanya. Kau beri ia makanan kenyang berupa dendam, sombong, kufur dan lain-lainnya, menjadi bertambah senanglah iblis di dalam hatimu.
Dapatkah kau bayangkan, berapa tahun lamanya kau beribadah, tetapi tidak membawa hasil, yang berarti sia-sia. Sebab ibadah yang telah kau lakukan sekian lama bukan didorong oleh pengertian apalagi atas berkesadaran diri. Tetapi kau lakukan karena kebiasaan sejak kecil sehingga ibadahmu tidak dapat memberikan perubahan-perubahan menanjak terhadap diri. Cobalah kau sadari seorang dewasa berkegiatan ibadah karena kebiasaan maka apa perbedaannya dengan rutinitas ibadah anak anak. Sekian tahun sudah waktu dan usiamu terbuang sia-sia begitu saja. Pantaslah di dalam Al-Qur’an Surah AL-Ashr Allah berfirman “Sungguh merugilah orang–orang yang telah menyia-nyiakan waktu”. Bersyukurlah dirimu telah mengetahui bahwasanya selama ini tidak ada arti apa-apa ibadah yang telah kau laukan.
 
Bersambung….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar