
Iblis telah berhasil memancing dirimu yang kau sendiri tidak mewaspadainya, yaitu dengan:
* tanpa niat karena Allah,
* hati kecewa,
* hati jengkel, kesal, marah.
Tahukah kau wahai si Fulan laksana pohon kacang tanah! Iblis selalu berupaya memancing dirimu agar tampak seperti wanita nakal atau berakhlaq rendah. Hanya wanita nakal atau berakhlaq rendah sajalah yang memberikan pelayanan pada laki-laki atau suami tanpa niat karena Allah. Wanita nakal melakukan pelayanan kepada laki-laki dengan hati tersiksa. Begitu pula halnya dengan dirimu. Tidakkah kau sadari hal demikian ini, bahwa dirimu serupa dengan wanita nakal, yaitu wanita murahan yang menjual dirinya karena terpancing.
Jika memang suami yang sedang diperalat iblis, seharusnya kau hadapi dengan tenang dan mohon perlindungan dan pertolongan keapda Allah. Kemudian kau melayani suami dengan niat karena Allah, maka suami yang sedang diperalat iblis akan takluk, maksudnya iblis yang ada pada diri suami yang takluk. Tapi sayang kau tak pernah mendekat dan meminta pertolongan kepada Allah, maka Allah pun membiarkan kau dalam perasaan tersiksa. Di sinilah letak kesalahan fatal pada dirimu. Kau hancurkan diri dengan kekesalan dan kejengkelan. Sedangkan keduanya itu adalah umpan-pancing paling baik bagi iblis. Padahal ada jalan yang paling baik bagimu, yakni jika kau lihat suami tidak pada tempatnya memperlakukanmu, wudhulah kemudian sholat dan adukanlah kepada Allah. Kau tahu, bahwa suamimu adalah makhluq ciptaan Allah dan apabila telah kau adukan dan kau serahkan pada Allah, Allah pulalah yang kuasa membolak-balik hati suami. Mohonlah pada Allah setiap menghadapi suami yang kurang menyenangkan hatimu. Maka Allah akan turunkan petunjuk ke dalam hatimu.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan idzin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS.64:11)
Dengan adanya petunjuk yang datang dari Allah, hatimu menjadi tenang. Dengan modal ketenangan itulah kau hadapi suami sambil mengalah dan merendah dihadapannya, kemudian katakanlah kepada suami dalam bentuk kalimat tanya.
Contoh kalimat tanya kepada suami diantaranya adalah: “Wahai suamiku! Dalam pandanganmu, siapakah diriku ini, sudahkah daku meletakkan diri selaku istri ataukah daku pelayan kebutuhanmu?” Jika dijawab: “kau adalah istriku”. Kembali pertanyaan dilemparkan: “apakah sudah tepat perlakuanku selaku istri di matamu dan sudahkah benar perlakuanmu selaku suami kepada istri?” Bagiku, selaku wanita memang banyak kelemahan dan memang dalam keadaan lemah kami wanita dicipta. Kau cukupkan ataupun tidak kebutuhan jiwa-ragaku bagiku tidaklah masalah. Tapi aku khawatir jika jiwa-ragaku menuntut di hadapan Allah. Aku selaku istri memang bodoh, tak dapat berbuat apa-apa kecuali uluran belas-kasihmu selaku suami, baik kebutuhan jasmaniku maupun ruhaniku dari belas kasihmu kuperoleh”. Jika kalimat demikian ini kau sampaikan kepada suami, maka suami tak akan bisa berkutik selama suami beriman kepada Allah. Seorang suami bukanlah seperti malaikat yang tidak pernah berbuat kesalahan. Di sinilah fungsi wanita yang baik, ia akan meluruskan suaminya dengan sikap lembut. Bukan berarti karena suami itu pemimpin di dalam rumah tangga, kemudian tidak mau diingatkan istri. Pandangan bahwa istri tidak berhak mengingatkan suami adalah faham yang salah, karena berakibat merendahkan dan menjatuhkan nilai istri.
Cobalah kau perhatikan rumah-tangga Rasulullah Muhammad s.a.w., satu sama lain saling menjaga dan menghargai istri. Bagi Nabi Muhammad s.a.w., istri merupakan tempat menumpahkan dan membagi beban hati. Istri pun menyambutnya dengan penuh kelembutan, penuh perhatian dan kebijakan. Terasa sekali bagi sang suami, bahwa dirinya masih ada yang memperhatikan. Begitu pula suami terhadap istri. Sebenarnya kunci kebahagiaan rumah-tangga sakinah adalah suami-istri sama–sama menjalankan ketaatan kepada Allah, kemudian masing-maisng saling mengerti haq dan kewajibannya sehingga tidak ada saling menindas atau mengkorupsi haq fihak lain.
Contoh kalimat tanya kepada suami diantaranya adalah: “Wahai suamiku! Dalam pandanganmu, siapakah diriku ini, sudahkah daku meletakkan diri selaku istri ataukah daku pelayan kebutuhanmu?” Jika dijawab: “kau adalah istriku”. Kembali pertanyaan dilemparkan: “apakah sudah tepat perlakuanku selaku istri di matamu dan sudahkah benar perlakuanmu selaku suami kepada istri?” Bagiku, selaku wanita memang banyak kelemahan dan memang dalam keadaan lemah kami wanita dicipta. Kau cukupkan ataupun tidak kebutuhan jiwa-ragaku bagiku tidaklah masalah. Tapi aku khawatir jika jiwa-ragaku menuntut di hadapan Allah. Aku selaku istri memang bodoh, tak dapat berbuat apa-apa kecuali uluran belas-kasihmu selaku suami, baik kebutuhan jasmaniku maupun ruhaniku dari belas kasihmu kuperoleh”. Jika kalimat demikian ini kau sampaikan kepada suami, maka suami tak akan bisa berkutik selama suami beriman kepada Allah. Seorang suami bukanlah seperti malaikat yang tidak pernah berbuat kesalahan. Di sinilah fungsi wanita yang baik, ia akan meluruskan suaminya dengan sikap lembut. Bukan berarti karena suami itu pemimpin di dalam rumah tangga, kemudian tidak mau diingatkan istri. Pandangan bahwa istri tidak berhak mengingatkan suami adalah faham yang salah, karena berakibat merendahkan dan menjatuhkan nilai istri.
Cobalah kau perhatikan rumah-tangga Rasulullah Muhammad s.a.w., satu sama lain saling menjaga dan menghargai istri. Bagi Nabi Muhammad s.a.w., istri merupakan tempat menumpahkan dan membagi beban hati. Istri pun menyambutnya dengan penuh kelembutan, penuh perhatian dan kebijakan. Terasa sekali bagi sang suami, bahwa dirinya masih ada yang memperhatikan. Begitu pula suami terhadap istri. Sebenarnya kunci kebahagiaan rumah-tangga sakinah adalah suami-istri sama–sama menjalankan ketaatan kepada Allah, kemudian masing-maisng saling mengerti haq dan kewajibannya sehingga tidak ada saling menindas atau mengkorupsi haq fihak lain.
Dikutip dari tulisan Ki Moenadi MS, berjudul: ”Bahtera Paduan Cinta Di Atas Lautan Ketaatan Kepada Allah Rumah Tangga Bahagia”, Bunga Rampai LAUKAPARA Seri Noda-Noda kehidupan; Yayasan Badiyo, Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar