
Wahai Si Fulan laksana si pohon keladi! Hidupmu selalu diliputi nafsu. Kedudukan nafsumu lebih dominan dalam urusan mengatur sikap hidup. Segala tindakan hanya untuk memenuhi kepentingan nafsu. Sementara hatimu terpalang dan terpenjara. Batang pohon keladi tampakyanya memang lunak lembut, tapi kelunakan dan kelembutan itu hanya untuk tipuan semata, dimaksudkan agar lebih mudah menjaring. Sehingga tampaklah dirinya sebagai seorang yang berperilaku baik dan menarik. Dengan demikian bagaimana pun kau tutupi cacat celamu dengan penampilan indah menarik, tetap saja akan terlihat dan terpancar dari sikap perilakumu. Seperti sikapmu suka mengadu domba. Sikap ini adalah gambaran pribadi seseorang yang belum pernah mendapatkan kebahagiaan haqiqi. Dimaksud dengan perbuatan mengadu-domba , tiada lain agar bisa diperoleh pujian dari sana dan sini. Itulah yang menjadi tuntutan kebahagiaan nafsu sehingga merasa seolah-olah keberadaan diri bisa mendapatkan pengakuan masyarakat.
Kau merasa takut bila kehilangan perhatian dari lingkungan. Sedangkan anggapanmu bila dapat memperoleh perhatian dari lingkungan akan merupakan obat kebahagiaan bagi nafsumu. Sehingga demi kebahagiaan nafsu, kau tidak keberatan mengorbankan fihak-fihak tertentu. Untuk itu kau lebih pantas jika dikatakan seorang yang membawa penyakit menular di tengah kehidupan masyarakat. Siapa saja yang kau dekati, sampai-sampai masyarakat sekitarmu terjaring oleh penyakitmu. Wahai Si Fulan! Apabila seekor lalat hijau mencium bau busuk, lalat itu pun akan mengerumuni bau busuk tersebut. Kemudian sang lalat bertengger di atasnya. Setelah puas bertengger di barang busuk, lalat pun terbang menghinggapi makanan bersih dan siap untuk dimakan. Adapun sang penyantap tidak tahu, jika makanan tadi baru saja dihinggapi lalat. Akhirnya dimakan begitu saja. Setelah peutnya sakit barulah ia tahu bahwa makanan tersebut telah dihinggapi lalat hijau. Demikian itulah gambaran dirimu yang suka mengadu domba, tidaklah bebeda jauh dengan seekor lalat hijau. Misalnya dari A pergi ke B. kepada B kau ceritaka bahwa A menghina dan mencaci (B), mendengar berita demikian B merasa sakit hati. Sebaliknya kau berpindah pula dari B ke A, kau katakan pada A bahwa B menjelek-jelekkan (A). akhirnya A dan B saling bertengkar. Dari peristiwa tersebut kau dapatkan julukan atau pujian dan ucapan terima kasih baik dari A maupun dari B. adanya pertengkaran A dengan B itulah perbuatan dirimu, atau lasksana lalat hijau yang telah menularkan penyakit. Salah satunya menjadi sakit perut. Penyakit yang ditimbulkan oleh kuman yang di bawa seekor lalat hijau bersarang pada perut. Bila hanya penyakit jasadiyah saja yang ditimbulkan oleh lalat hijau atau kuman adu domba masih dapat diselesaikan secara kedokteran semata. Tetapi jika penyakit adu domba menyerang hati, maka tidak satupun yang dapat mengobatinya. Salah satu pengobatan awal yang dapat dilakukan adalah dengan pengobatan ruhani/hati.
Sumber: Buku Si Paul Peci Di atas Dengkul, Oleh Ki Munadi MS
Sumber: Buku Si Paul Peci Di atas Dengkul, Oleh Ki Munadi MS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar