Onani, BF, Zina Mata dan Pacaran
* Ruh tidak beraktifitas bebas berakibat tidak takut pada allah
* Aqal tidak diasah tajam berakibat ahlaq tidak tertata
* Hati tidak dibuka berakibat buta melihat yang benar
* Rasa tidak dihaluskan berakibat tak ada malu dan hilang rasa kasihan
* Diri atau nafsu tidak berjalan lurus berakibat semua ketentuan syari’ah Allah dilanggar.
Di dalam wahyu Al-qur’an memang tidak dijumpai larangan berbuat zina, tetapi yang ada dalam Al-Qur’an adalah larangan mendekati zina, sebagaimana tertera pada wahyu QS.17:32 “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. Bukankah telah jelas, selagi mendekati zina saja terlarang, apalagi melakukan perbuatan zina. Sedangkan pacara, onani, BF dan lainnya yang telah kau tonton dan kau lakukan berulang kali, semua mengarah pada puncak perzinaan. Jika saja mata hatimu terbuka, kau pasti akan jijik melihat BF, sebab BF merupakan atraksi iblis yang dimainkan oleh manusia binatang. Demi kepuasan nafsumu, kau habiskan waktumu bersama iblis. Tak pernah terfikirkan olehmu betapa berharganya nilai waktu, yang telah Allah berikan kepada manusia. Sedikit saja waktu berlalu, sepanjang umur tak dapat dijangkau kembali. Sungguh betapa sangat menjijikkan dan rendahnya nilai akhlaqmu.
Tidakkah kau ketahui: onani, BF dan pacaran adalah perbuatan mendekati zina, merupakan pangkal mula pertama melemahnya syaraf-syaraf halus yang berkaitan dengan otak. Dengan melemahnya syaraf-syaraf halus, menjadikan kerja otak selalu tegang. Ketegangan otak ini menjadikan manusia tidak dapat berfikir jernih atau berfikir jauh ke depan. Bukan hanya syaraf-syaraf halus yang mengalami kerusakan, melainkan juga jantung dan darah (darah rendah dan darah tinggi). Bukti tidak normalnya gerak aturan darah adalah setiap BF ditonton, bukankah darahmu berpacu naik? Belum lagi munculnya bayang-bayang agar diri dapat berbuat sebagaimana diperagakan oleh BF. Diripun mulai mencari-cari sasaran-sasaran tempat pelampiasan syahwat, onani dipandang sebagai jalan keluar untuk pelampiaskan sahwat. Akhirnya dirimu hanya diayun-ayunkan di atas angin syahwat perzinaan.
Oh, betapa hina dan bodohnya dirimu. Tak bedanya laksana blatung-blatung yang ada di dalam bak samah, membesarkan dirinya hanya dari hasil-hasil sampah buangan. Cobalah kau perhatikan wahai si fulan perusak lingkungan! Pernahkah kau melihat ada blatung-blatung hidup berkeliaran di tempat-tempat bersih? Tidak! Blatung-blatung itu hidup dan membesarkan dirinya hanya di tempat-tempat kotor (sampah). Sedangkan hakekat daripada zina mata, pacaran, onani, BF dan zina itu sendiri merupakan satu rangkaian sampah-sampah kotor dan busuk yang amat menjijikkan sekali. Anehnya justru hal demikian itu terpandang indah dan lezat olehmu. Boleh jadi kau merusak-rusak diri dirasa sebagai hal yang wajar dan tidak merugikan, karena memang kau tak pernah andil sedikitpun membuat diri. Kau hanya tahu bahwa dirimu telah tercipta dengan begitu saja, sehingga tidak sedikitpun muncul dalam dirimu suatu renungan, “Bagaimana cara agar diri tetap terjaga dan terpelihara dengan baik, terhindar dari segala perbuatan maksiat?”.
Tidakkah kau ketahui hakekat Allah mencipta dirimu? Bukan saja sekedar suatu benda yang bergerak atau suatu benda sebagai pelengkap isi bumi, melainkan Allah cipta manusia dan Allah turunkan manusia ke muka bumi dalam bentuk dan rupa yang seindah-indahnya dan semulia-mulia makhluq di atas makhluq lainnya, karena menyandang asma-asma keindahan Allah. Hal ini dimaksudkan Allah untuk diperlihatkan atau dipertontonkan di muka bumi sebagai kebaggaan Allah atas ciptaan-Nya, kepada seluruh makhluq ciptaan khususnya kepada para utusan allah, yakni Malaikat dan pengingkar Allah iblis la’natullah. Laksana gelaran layar putih tempat melihat berbagai hidup dan kehidupan yang ditonton oleh manusia. Demikian pula halnya manusia, Allah pergelarkan di atas muka bumi ini untuk diperlihatkan kepada isi jagad. Tetapi betapa disayangkan, manusia-manusia yang Allah turunkan ke muka bumi, tidak dapat berperan sebagai tampilan keindahan Allah, melainkan lebih suka dan bangga menampilkan diri sebagai tampilan iblis. Itulah dirimu yang selalu tampil berjalan di muka bumi dengan tampilan sikap dan perilaku iblis. Dengan demikian tanpa disadari kau telah menanding-nandingi Allah dengan iblis. Seharusnya kau tampil mewakili keindahan Allah. Tetapi kau malah tampil mewkili keburukan sifat iblis. Bukankah sikapmu demikian itu sama halnya dengan membanding-bandingkan Allah dengan iblis, bertambah sombong dan sewenang-wenanglah iblis beraktifitas di hadapan Allah.
Sebenarnya keangkuhan dan kesombongan yang terjadi pada iblis banyak didukung oleh manusia, seperti: kau gunakan pakaian/sifat iblis. Sudah barang tentu iblis bertambah bangga karena pakaian/sifatnya disenangi manusia. Seakan-akan pakaian/sifat iblis bila digunakan tampak laksana hiasan dirimu. Bentuk pakaian/sifat iblis tersebut antara lain adalah: memandang indah dan lezat dunia mendekati zina dan zina itu sendiri. Maka sebenarnyalah keberadaan iblis di dalam diri manusia, khususnya dirimu, bukanlah atas kesewenangan iblis yang datang semaunya, melainkan terlebih dahulu kau undang lewat getaran-getara sifat-sifat iblis, yang otomatis dengan sendirinya iblis datang menghampiri diri. Contoh yang mudah untuk kau fahami ialah di saat kau lihat/nonton BF, yang memperagakan manusia sedang menampilakn sifat kebinatangan, karena hendak melepaskan nafsu seksual semaunya sendiri tanpa diatur oleh norma kemanusiaan. Di saat kau menonton BF tersebut, bukankah muncul hasrat nafsu untuk melakukan sebagaimana yang kau lihat. Saat hasrat itu muncul, maka hasrat itu beresonansi dengan getara-ngetaran iblis, dan dengan bangganya iblis datang menghampiri dirimu. Lalu nafsumu dikipas-kipas, diperlihatkan oleh iblis keindahan dan kelezatan peragaan BF. Puncaknya iblis membisikkan ke nafsumu, “praktekkan segera apa yang telah kau lihat lewat wanita itu lho dan tunggu kalau istrimu sedang lengah dan lain-lainnya”. Jika keraguan muncul dalam diri, maka iblis semakin gencar menggoda nafsu. Selama apa yang dibisikkan oleh iblis belum juga terlaksana, iblis tidak akan pergi dari dirimu. Barulah setelah prilaku binatang itu dilampiaskan kepada salah seorang wanita yang telah diincar kau laksanakan, iblispun pergi dengan tertawa dan puas, apa yang menjadi keinginannya (telah terlaksana). Maka dapatlah kau bayangkan wahai si fulan! Betapa buruk dan bodohnya dirimu, kau jadikan dirimu sebagai pelayan iblis. Dimana kau letakkan aqal, fikir dan rasamu, sehingga kau begitu saja menodai wanita-wanita guna kepuasan nafsumu sendiri. Seyogyanya kau jadikan dirimu sebagai pekerja buruh, itu akan lebih berharga dari pada kau jatuhkan diri sebagai pelayan/kaki tangan iblis. Pernahkah kau berfikir panjang, di saat kau berbuat maksiat dengan seketika maut datang menjemputmu? Apa jadinya nasib dirimu? Memang manusia yang sedang terlena dalam ni’mat lezatnya perbuatan maksiat tak pernah ingat akan mati, apalagi sadar dan ingat bahwasanya segala gerak gerik sikap prilakunya Allah lihat tanpa sedikitpun yang lepas dari pengawasan Allah.
Sumber: Pacaran atau Mendekati Zina dan Perzinaan, Oleh. Ki Munadi MS
* Aqal tidak diasah tajam berakibat ahlaq tidak tertata
* Hati tidak dibuka berakibat buta melihat yang benar
* Rasa tidak dihaluskan berakibat tak ada malu dan hilang rasa kasihan
* Diri atau nafsu tidak berjalan lurus berakibat semua ketentuan syari’ah Allah dilanggar.
Di dalam wahyu Al-qur’an memang tidak dijumpai larangan berbuat zina, tetapi yang ada dalam Al-Qur’an adalah larangan mendekati zina, sebagaimana tertera pada wahyu QS.17:32 “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. Bukankah telah jelas, selagi mendekati zina saja terlarang, apalagi melakukan perbuatan zina. Sedangkan pacara, onani, BF dan lainnya yang telah kau tonton dan kau lakukan berulang kali, semua mengarah pada puncak perzinaan. Jika saja mata hatimu terbuka, kau pasti akan jijik melihat BF, sebab BF merupakan atraksi iblis yang dimainkan oleh manusia binatang. Demi kepuasan nafsumu, kau habiskan waktumu bersama iblis. Tak pernah terfikirkan olehmu betapa berharganya nilai waktu, yang telah Allah berikan kepada manusia. Sedikit saja waktu berlalu, sepanjang umur tak dapat dijangkau kembali. Sungguh betapa sangat menjijikkan dan rendahnya nilai akhlaqmu.
Tidakkah kau ketahui: onani, BF dan pacaran adalah perbuatan mendekati zina, merupakan pangkal mula pertama melemahnya syaraf-syaraf halus yang berkaitan dengan otak. Dengan melemahnya syaraf-syaraf halus, menjadikan kerja otak selalu tegang. Ketegangan otak ini menjadikan manusia tidak dapat berfikir jernih atau berfikir jauh ke depan. Bukan hanya syaraf-syaraf halus yang mengalami kerusakan, melainkan juga jantung dan darah (darah rendah dan darah tinggi). Bukti tidak normalnya gerak aturan darah adalah setiap BF ditonton, bukankah darahmu berpacu naik? Belum lagi munculnya bayang-bayang agar diri dapat berbuat sebagaimana diperagakan oleh BF. Diripun mulai mencari-cari sasaran-sasaran tempat pelampiasan syahwat, onani dipandang sebagai jalan keluar untuk pelampiaskan sahwat. Akhirnya dirimu hanya diayun-ayunkan di atas angin syahwat perzinaan.
Oh, betapa hina dan bodohnya dirimu. Tak bedanya laksana blatung-blatung yang ada di dalam bak samah, membesarkan dirinya hanya dari hasil-hasil sampah buangan. Cobalah kau perhatikan wahai si fulan perusak lingkungan! Pernahkah kau melihat ada blatung-blatung hidup berkeliaran di tempat-tempat bersih? Tidak! Blatung-blatung itu hidup dan membesarkan dirinya hanya di tempat-tempat kotor (sampah). Sedangkan hakekat daripada zina mata, pacaran, onani, BF dan zina itu sendiri merupakan satu rangkaian sampah-sampah kotor dan busuk yang amat menjijikkan sekali. Anehnya justru hal demikian itu terpandang indah dan lezat olehmu. Boleh jadi kau merusak-rusak diri dirasa sebagai hal yang wajar dan tidak merugikan, karena memang kau tak pernah andil sedikitpun membuat diri. Kau hanya tahu bahwa dirimu telah tercipta dengan begitu saja, sehingga tidak sedikitpun muncul dalam dirimu suatu renungan, “Bagaimana cara agar diri tetap terjaga dan terpelihara dengan baik, terhindar dari segala perbuatan maksiat?”.
Tidakkah kau ketahui hakekat Allah mencipta dirimu? Bukan saja sekedar suatu benda yang bergerak atau suatu benda sebagai pelengkap isi bumi, melainkan Allah cipta manusia dan Allah turunkan manusia ke muka bumi dalam bentuk dan rupa yang seindah-indahnya dan semulia-mulia makhluq di atas makhluq lainnya, karena menyandang asma-asma keindahan Allah. Hal ini dimaksudkan Allah untuk diperlihatkan atau dipertontonkan di muka bumi sebagai kebaggaan Allah atas ciptaan-Nya, kepada seluruh makhluq ciptaan khususnya kepada para utusan allah, yakni Malaikat dan pengingkar Allah iblis la’natullah. Laksana gelaran layar putih tempat melihat berbagai hidup dan kehidupan yang ditonton oleh manusia. Demikian pula halnya manusia, Allah pergelarkan di atas muka bumi ini untuk diperlihatkan kepada isi jagad. Tetapi betapa disayangkan, manusia-manusia yang Allah turunkan ke muka bumi, tidak dapat berperan sebagai tampilan keindahan Allah, melainkan lebih suka dan bangga menampilkan diri sebagai tampilan iblis. Itulah dirimu yang selalu tampil berjalan di muka bumi dengan tampilan sikap dan perilaku iblis. Dengan demikian tanpa disadari kau telah menanding-nandingi Allah dengan iblis. Seharusnya kau tampil mewakili keindahan Allah. Tetapi kau malah tampil mewkili keburukan sifat iblis. Bukankah sikapmu demikian itu sama halnya dengan membanding-bandingkan Allah dengan iblis, bertambah sombong dan sewenang-wenanglah iblis beraktifitas di hadapan Allah.
Sebenarnya keangkuhan dan kesombongan yang terjadi pada iblis banyak didukung oleh manusia, seperti: kau gunakan pakaian/sifat iblis. Sudah barang tentu iblis bertambah bangga karena pakaian/sifatnya disenangi manusia. Seakan-akan pakaian/sifat iblis bila digunakan tampak laksana hiasan dirimu. Bentuk pakaian/sifat iblis tersebut antara lain adalah: memandang indah dan lezat dunia mendekati zina dan zina itu sendiri. Maka sebenarnyalah keberadaan iblis di dalam diri manusia, khususnya dirimu, bukanlah atas kesewenangan iblis yang datang semaunya, melainkan terlebih dahulu kau undang lewat getaran-getara sifat-sifat iblis, yang otomatis dengan sendirinya iblis datang menghampiri diri. Contoh yang mudah untuk kau fahami ialah di saat kau lihat/nonton BF, yang memperagakan manusia sedang menampilakn sifat kebinatangan, karena hendak melepaskan nafsu seksual semaunya sendiri tanpa diatur oleh norma kemanusiaan. Di saat kau menonton BF tersebut, bukankah muncul hasrat nafsu untuk melakukan sebagaimana yang kau lihat. Saat hasrat itu muncul, maka hasrat itu beresonansi dengan getara-ngetaran iblis, dan dengan bangganya iblis datang menghampiri dirimu. Lalu nafsumu dikipas-kipas, diperlihatkan oleh iblis keindahan dan kelezatan peragaan BF. Puncaknya iblis membisikkan ke nafsumu, “praktekkan segera apa yang telah kau lihat lewat wanita itu lho dan tunggu kalau istrimu sedang lengah dan lain-lainnya”. Jika keraguan muncul dalam diri, maka iblis semakin gencar menggoda nafsu. Selama apa yang dibisikkan oleh iblis belum juga terlaksana, iblis tidak akan pergi dari dirimu. Barulah setelah prilaku binatang itu dilampiaskan kepada salah seorang wanita yang telah diincar kau laksanakan, iblispun pergi dengan tertawa dan puas, apa yang menjadi keinginannya (telah terlaksana). Maka dapatlah kau bayangkan wahai si fulan! Betapa buruk dan bodohnya dirimu, kau jadikan dirimu sebagai pelayan iblis. Dimana kau letakkan aqal, fikir dan rasamu, sehingga kau begitu saja menodai wanita-wanita guna kepuasan nafsumu sendiri. Seyogyanya kau jadikan dirimu sebagai pekerja buruh, itu akan lebih berharga dari pada kau jatuhkan diri sebagai pelayan/kaki tangan iblis. Pernahkah kau berfikir panjang, di saat kau berbuat maksiat dengan seketika maut datang menjemputmu? Apa jadinya nasib dirimu? Memang manusia yang sedang terlena dalam ni’mat lezatnya perbuatan maksiat tak pernah ingat akan mati, apalagi sadar dan ingat bahwasanya segala gerak gerik sikap prilakunya Allah lihat tanpa sedikitpun yang lepas dari pengawasan Allah.
Sumber: Pacaran atau Mendekati Zina dan Perzinaan, Oleh. Ki Munadi MS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar