
Wahai hamba Allah si fulan! Hidup laksana ulat perusak tanaman dan lingkungan. Sungguh nafsumu telah tampil menguasai jalan hidup dan kehidupanmu. Tanpa sedikitpun nafsumu memberi kesempatan pada ruh, ‘aqal, hati, dan rasa untuk dapat berperan–aktif di dalam kehidupanmu. Kau tidak sadari secara perlahan dan bertahap, arah hidupmu telah dibawa nafsu untuk hidup setara atau di bawah binatang. Jika dalam kehidupan manusia yang benar dan lazim, yaitu manusia selaku kholifah, maka binatang dituntun manusia. Tetapi lain halnya kehidupanmu. Justru yang terjadi sebaliknya, yakni hidupmu dituntun dan diarahkan sifat kebinatangan. Perhatikanlah kehidupan binatang! Aktifitasnya hanya di sekitar pemuasan nafsu. Jika bukan nafsu perut yang dilakukan, ya nafsu syahwat. Sedangkan saat melampiaskan nafsu syahwatnya, binatang tak mau peduli pada apapun cara yang dilakukan untuk melampiaskan nafsu syahwatnya. Apakah cara yang dilakukan si jantan kelak menyakiti diri dan rasa lawan jenisnya? Untuk hal ini, si jantan tak pernah mau peduli. Bahkan yang lebih egois dilakukan si jantan tidak pernah memikirkan: “Apakah lawan jenisnya telah dapat merasakan puncak kepuasan (klimaks) yang sama sebagaimana dirasakan si jantan?” Inilah sebenarnya dirimu yang penuh diliputi kegoisan nafsu, khususnya nafsu syahwat.
Kenyataan demikian ini dapat dilihat dar cara kau melakukan hubungan suami-istri, tidak pernah mengikuti cara yang telah dituntunkan oleh Rasulullah Muhammad s.a.w. Ketahuilah wahai hamba Allah si Fulan! Sebenarnya Islam bukan berarti tidak mempedulikan perihal hubungan suami-istri, tetapi jauh dari itu justru sangat mempedulikan, sehingga perihal hubungan suami-istri tidak lepas dari segala tuntunan Allah. Hal demikian ini dimaksudkan Allah agar manusia tetap berada pada peringkat makhluq termulia, sebab makhluq yang tak mengenal tata-aturan berhubungan suami-istri adalah binatang. Sekiranya hubungan suami-istri dikelompokkan, maka temasuklah hubungan suami-istri dalam kelompok perbuatan sakral. Tetapi disayangkan, banyak ummat Islam, khususnya dirimu tidak memahaminya. Sehingga hubungan suami-istri terpandang semata-mata hanya untuk pemuas nafsu syahwat. Betapa rendah dan dangkalnya pemikiran demkian.
Mengapa dinyatakan hubungan suami-istri merupakan salah satu hal yang sangat sakral atau suci? Sebab bila hubungan suami-istri dilakukan sebagaimana yang telah Allah tuntunkan lewat Rasullulah Muhammad s.a.w., maka hubungan suami-istri bukan saja terpenuhinya kepuasan nafsu syahwat, melainkan jangkauan jauh ke depan akan didapati dari akhir hubungan suami-istri (yang dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah Muhammad s.a.w.), yakni di antaranya adalah:
* Pertama terarah pada kehalusan rasa, penyetimbangan rasa dan ketenangan rasa,
* Akan mengahasilkan rumah-tangga harmonis. Rasulullah Muhammad s.a.w. mengistilahkan: “rumahku adalah syurgaku”. Bagaimana tidak akan terucapkan rumahku adalah syurgaku? Karena kehidupan rumah-tangga berjalan penuh damai laksana kehidupan di taman-taman syurga tanpa ada fihak manapun yang mengalami kerugian atau penekanan.
* Memancarkan cahaya-cahaya Ilaahiyah di dalam kehidupan rumah-tangga, karena cahaya-cahaya itu dibawa langsung oleh para utusan Allah, yakni malaikat.
* Dengan hadirnya serpihan-serpihan cahaya akan mengundang pula hadirnya ilham-ilham Ilaahiyah yang akan berperan untuk menghidup-suburkan kehidupan rumah-tangga penuh dengan kesegaran, sebab jalannya roda rumah-tangga disetir langsung oleh ilham-ilham yang dihadirkan. Inilah diantaranya kelak dihasilkan dari hubungan suami-istri yang berlangsung sesuai tuntunan Rasullulah Muhammad s.a.w.
Tetapi apa yang terjadi dalam kehidupanmu? Kau akui dirimu adalah Islam, tetapi perilakumu tidak sedikitpun mencerminkan keindahan Islam. Lebih tepat dikatakan kehidupan yang tidak ada bedanya dengan kehidupan binatang. Di benakmu yang terpikirkan hanya bagaimana cara kepuasan nafsu syahwat tepenuhi. Bahkan tidak peduli kepada siapa nafsu syahwat itu dilampiaskan dan tidak peduli pula apa dan bagaimana cara yang ditempuh. Mengapa tidak ada sedikitpun rasa malu dalam dirimu di saat kau bergubungan mendengus-dengus laksana binatang? Pertanyaan: “Siapakah dirimu sebenarnya? Manusia ataukah binatang?” Sungguh menjijikkan perbuatanmu melakukan hubungan suami-istri tidak mengikuti tuntunan Rasulullah Muhammad s.a.w. Kau ketahui bahwa teladan kehidupan adalah Rasulullah Muhammad s.a.w., tetapi nyatanya kau berkiblat pada contoh-contoh yang dilakukan manusia-manusia tanpa perikemanusiaan (manusia-manusia binatang) sebagaimana yang kau lihat di BF. Jika kau berhubungan tidak mengikuti tuntunan Islami, sudah barang tentu yang kau lakukan sebagaimana kau lihat di dalam BF. Aneh dan aneh, manusia yang telah memproklamirkan dirinya sederajat binatang, telah kau jadikan sebagai panutan. Di mana ‘aqal sehatmu wahai si Fulan hamba Allah? Jelaslah sudah pengakuan sebagai pengikut Rasulullah Muhammad s.a.w. adalah pengakuan munafiq.
Untuk kau ketahui wahai hamba Allah, si Fulan! Sesungguhnya bila seorang suami saat berhubungan suami-istri tidak sebagaimana yang dituntunkan Rasullah Muhammad s.a.w., dipastikan dalam berhubungan suami-istri tidak pernah memikirkan apa yang dapat dirasakan oleh istrinya. Sangatlah menderita seorang istri yang diperlakukan dalam berhubugnan suami-istri tanpa tuntunan Rasulullah Muhammad s.a.w. Di sinilah kezhalimanmu menjadikan istri hanya sekedar tempat pelampiasan dan pemuas nafsu syahwat. Sebab bagaimanapun naluri seorang wanita tidak dapat diperlakukan secara kasar dan menjijikkan. sedangkan yang kau lakukan terhadap istrimu (saat hubungan suami-istri tidak Islami) adalah cara yang kasar dan menjijikkan. Sekedar kau ketahui, sebenarnya hubungan suami-istri yang dilakukan tanpa tuntunan Islam, maka fihak istri melakukan (hubungan suami-istri) dengan terpaksa melayani kemauan nafsu binatang. Keterpaksaan timbul karena takut akan fungsinya sebagai istri, antara lain untuk melayani suami. Cobalah kau rasakan dengan mendalam pada dirimu agar dapat tumbuh kembali rasamu. Kau hidup tertawa agar penuh kepuasan diatas derita orang lain. Bukankah hal demikian itu penindasan, bahkan lebih kejam dari seorang penjajah menindas kaum yang di jajah? Dinyatakan kau tertawa penuh kepuasan di atas derita oang lain, karena kau tak pernah tahu bagaimana benci dan jijiknya seorang wanita diperlakukan seperti binatang. Kau tidak dapat menyangkal hubungan suami-istri yang tidak Islami itu hanya dapat dirasakan puas oleh nafsumu sendiri, tetapi tidak demikian pada istrimu.
Naluri wanita sangat suka kehalusan dan keindahan. Begitu pula dalam hal berhubungan suami-istri, sentuhan-sentuhan kehalusan akan memuaskan dirinya. Dan dari sentuhan-sentuhan kehalusan itulah dirasakan adanya bunga-bunga bahagia dan keharmonisan untuk terwujudnya rumah-tangga sakinah. Bila seorang wanita atau istri dalam kehidupan rumah-tangga merasakan adanya sentuhan-sentuhan kehalusan yang diberikan oleh seorang suami, di sinilah kunci kemudahan untuk membawa wanita atau istri menjadi istri yang baik. Tetapi apabila wanita diperlakukan dengan kasar sebagaimana prilaku binatang berhubungan suami-istri, maka pelayan yang ia berikan adalah pelayan yang dihiasi kepalsuan atau kepura-puraan. Ia berpura-pura memberikan kebahagiaan kepada suaminya, padahal hatinya amat benci dengan sikap dan tindak laku suaminya. Pertanyaan: “Apa ni’matnya berhubungan penuh kepura-puraan?” Hal demikian ini tidak pernah terfikirkan oleh dirimu. Pokok utama yang penting dalam dirimu adalah “nafsuku puas”, tidak peduli pada derita orang lain.
Oleh karena itu wahai hamba Allah si Fulan! Pergaulilah istri dengan baik penuh dengan kelembutan, sebagaimana telah Allah tuntunkan,
Mengapa dinyatakan hubungan suami-istri merupakan salah satu hal yang sangat sakral atau suci? Sebab bila hubungan suami-istri dilakukan sebagaimana yang telah Allah tuntunkan lewat Rasullulah Muhammad s.a.w., maka hubungan suami-istri bukan saja terpenuhinya kepuasan nafsu syahwat, melainkan jangkauan jauh ke depan akan didapati dari akhir hubungan suami-istri (yang dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah Muhammad s.a.w.), yakni di antaranya adalah:
* Pertama terarah pada kehalusan rasa, penyetimbangan rasa dan ketenangan rasa,
* Akan mengahasilkan rumah-tangga harmonis. Rasulullah Muhammad s.a.w. mengistilahkan: “rumahku adalah syurgaku”. Bagaimana tidak akan terucapkan rumahku adalah syurgaku? Karena kehidupan rumah-tangga berjalan penuh damai laksana kehidupan di taman-taman syurga tanpa ada fihak manapun yang mengalami kerugian atau penekanan.
* Memancarkan cahaya-cahaya Ilaahiyah di dalam kehidupan rumah-tangga, karena cahaya-cahaya itu dibawa langsung oleh para utusan Allah, yakni malaikat.
* Dengan hadirnya serpihan-serpihan cahaya akan mengundang pula hadirnya ilham-ilham Ilaahiyah yang akan berperan untuk menghidup-suburkan kehidupan rumah-tangga penuh dengan kesegaran, sebab jalannya roda rumah-tangga disetir langsung oleh ilham-ilham yang dihadirkan. Inilah diantaranya kelak dihasilkan dari hubungan suami-istri yang berlangsung sesuai tuntunan Rasullulah Muhammad s.a.w.
Tetapi apa yang terjadi dalam kehidupanmu? Kau akui dirimu adalah Islam, tetapi perilakumu tidak sedikitpun mencerminkan keindahan Islam. Lebih tepat dikatakan kehidupan yang tidak ada bedanya dengan kehidupan binatang. Di benakmu yang terpikirkan hanya bagaimana cara kepuasan nafsu syahwat tepenuhi. Bahkan tidak peduli kepada siapa nafsu syahwat itu dilampiaskan dan tidak peduli pula apa dan bagaimana cara yang ditempuh. Mengapa tidak ada sedikitpun rasa malu dalam dirimu di saat kau bergubungan mendengus-dengus laksana binatang? Pertanyaan: “Siapakah dirimu sebenarnya? Manusia ataukah binatang?” Sungguh menjijikkan perbuatanmu melakukan hubungan suami-istri tidak mengikuti tuntunan Rasulullah Muhammad s.a.w. Kau ketahui bahwa teladan kehidupan adalah Rasulullah Muhammad s.a.w., tetapi nyatanya kau berkiblat pada contoh-contoh yang dilakukan manusia-manusia tanpa perikemanusiaan (manusia-manusia binatang) sebagaimana yang kau lihat di BF. Jika kau berhubungan tidak mengikuti tuntunan Islami, sudah barang tentu yang kau lakukan sebagaimana kau lihat di dalam BF. Aneh dan aneh, manusia yang telah memproklamirkan dirinya sederajat binatang, telah kau jadikan sebagai panutan. Di mana ‘aqal sehatmu wahai si Fulan hamba Allah? Jelaslah sudah pengakuan sebagai pengikut Rasulullah Muhammad s.a.w. adalah pengakuan munafiq.
Untuk kau ketahui wahai hamba Allah, si Fulan! Sesungguhnya bila seorang suami saat berhubungan suami-istri tidak sebagaimana yang dituntunkan Rasullah Muhammad s.a.w., dipastikan dalam berhubungan suami-istri tidak pernah memikirkan apa yang dapat dirasakan oleh istrinya. Sangatlah menderita seorang istri yang diperlakukan dalam berhubugnan suami-istri tanpa tuntunan Rasulullah Muhammad s.a.w. Di sinilah kezhalimanmu menjadikan istri hanya sekedar tempat pelampiasan dan pemuas nafsu syahwat. Sebab bagaimanapun naluri seorang wanita tidak dapat diperlakukan secara kasar dan menjijikkan. sedangkan yang kau lakukan terhadap istrimu (saat hubungan suami-istri tidak Islami) adalah cara yang kasar dan menjijikkan. Sekedar kau ketahui, sebenarnya hubungan suami-istri yang dilakukan tanpa tuntunan Islam, maka fihak istri melakukan (hubungan suami-istri) dengan terpaksa melayani kemauan nafsu binatang. Keterpaksaan timbul karena takut akan fungsinya sebagai istri, antara lain untuk melayani suami. Cobalah kau rasakan dengan mendalam pada dirimu agar dapat tumbuh kembali rasamu. Kau hidup tertawa agar penuh kepuasan diatas derita orang lain. Bukankah hal demikian itu penindasan, bahkan lebih kejam dari seorang penjajah menindas kaum yang di jajah? Dinyatakan kau tertawa penuh kepuasan di atas derita oang lain, karena kau tak pernah tahu bagaimana benci dan jijiknya seorang wanita diperlakukan seperti binatang. Kau tidak dapat menyangkal hubungan suami-istri yang tidak Islami itu hanya dapat dirasakan puas oleh nafsumu sendiri, tetapi tidak demikian pada istrimu.
Naluri wanita sangat suka kehalusan dan keindahan. Begitu pula dalam hal berhubungan suami-istri, sentuhan-sentuhan kehalusan akan memuaskan dirinya. Dan dari sentuhan-sentuhan kehalusan itulah dirasakan adanya bunga-bunga bahagia dan keharmonisan untuk terwujudnya rumah-tangga sakinah. Bila seorang wanita atau istri dalam kehidupan rumah-tangga merasakan adanya sentuhan-sentuhan kehalusan yang diberikan oleh seorang suami, di sinilah kunci kemudahan untuk membawa wanita atau istri menjadi istri yang baik. Tetapi apabila wanita diperlakukan dengan kasar sebagaimana prilaku binatang berhubungan suami-istri, maka pelayan yang ia berikan adalah pelayan yang dihiasi kepalsuan atau kepura-puraan. Ia berpura-pura memberikan kebahagiaan kepada suaminya, padahal hatinya amat benci dengan sikap dan tindak laku suaminya. Pertanyaan: “Apa ni’matnya berhubungan penuh kepura-puraan?” Hal demikian ini tidak pernah terfikirkan oleh dirimu. Pokok utama yang penting dalam dirimu adalah “nafsuku puas”, tidak peduli pada derita orang lain.
Oleh karena itu wahai hamba Allah si Fulan! Pergaulilah istri dengan baik penuh dengan kelembutan, sebagaimana telah Allah tuntunkan,
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
… Dan bergaullah dengan mereka secara patut… (QS.4:19)
memang benar Islam mengibaratkan kaum hawa atau para istri laksana ladang-ladangmu tempat kamu bercocok tanam, datangilah ladang-ladang itu sesukamu.
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimna saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (QS.2:223)
Tetapi hal ini tidak berarti harus diperlakukan seenak dirimu sendiri. Sebab bagaimana pun ladang digarap dengan bebas, tetap ada aturan-aturannya, seperti jagung ditanam dengan teratur dan rapi. Itulah salah satu aturan yang menghasilkan keindahan dalam menanam. Apalagi terhadap istri yang sudah jelas bahwa istri itu adalah manusia. Tentu nalurinya menuntut adanya kesopanan dalam berhubungan suami-istri. Cobalah hiasi penglihatan matamu dengan penglihatan yang sopan. Tanamkanlah dalam dirimu bahwa apa yang kau lihat di dalam BF itu adalah perbuatan binatang yang amat menjijikkan. Memang nafsumu akan sulit diajak mengalihkan penglihatan yang sedemikia, karena terlalu lama nafsu dididik mengikuti pola kehidupan binatang. Sehingga begitu melihat adegan BF, langsung matamu berbinar-binar laksana binatang sedang mengintai musuhnya. Inilah gambaran kehidupan nafsumu selama ini.
Sumber: BAHTERA PADUAN CINTA
Sumber: BAHTERA PADUAN CINTA
Di Atas Lautan Ketaatan Kepada Allah
RUMAH TANGGA BAHAGIA,
Oleh. Ki Munadi MS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar