Renungan
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَـٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍۢ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَـٰرُ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, (QS.14:42)

Selasa, 28 September 2010

Hidup Bingung

Bagaimana dirimu tidak akan bingung? Bagaikan batang kecil jiwamu kerdil, senantiasa digoncangkan dan digoyangkan angin terus menerus. Kau tak pernah merasakan ketenangan. Agar batang ponon ini tidak goncang/goyang, perlu diikat dan disandarkan pada batang yang lebih kuat. Batang Yang Maha Kuat, tiada lain kecuali Allah sendiri. Kenapa Allah-lah diikatkan dan disandarkan segala kelemahan diri. Terhadap kelemahan yang berlarut tanpa diberikan jalan keluarnya pasti akan meinimbulkan ketegangan dan kebingungan jiwa. Dengan adanya kelemahan jiwa, nafsu berusaha keras untuk mewujudkan kekuatan diri. Satu hal yang sangat ditakuti nafsu ialah jika terkena derita.
Sebenarnya yang menggoncang-nggoncangkan atau menggoyang-nggoyangkan jiwamu adalah kekerdilan dirimu. Betapa bodohnya dirimu. Kebingunganmu dibawa kepada seseorang. Sedangkan penyebab kebingungan adalah nafsumu sendiri yang tidak pernah merasa puas, yaitu nafsu yang tidak tertata rapi oleh Al-Qur’an dan Hadits. Nafsu itu sendiri sebenarnya adalah buatan Allah. Sudah seharusnya berjalan di atas ketentuan Allah. Hanya saja karena nafsu tidak terkontrol aktifitasnya, maka jadilah nafsu berjalan menurut semaunya dan sebebasnya. Apa sebabnya kebingunganmu kau bawa pada seseorang? Apakah karena kau beranggapan bahwa seseorang tersebut lebih mampu mengatasi kebingunganmu dari pada Allah? Tidakkah kau ketahui bahwa seseorang tersebut sebenarnya berbuat atas dasar nafsunya juga? Sementara kebingunganmu itu juga diakibatkan nafsumu yang tak teratasi. Akhirnya nafsumu bertemu dengan nafsu orang tersebut. Bukankah malah menambah kebingungan semakin berat?
Sebenarnya, hanya Allah yang dapat menyelesaikan sampai tuntas kebingunganmu. Dan hal ini kau mengerti. Tapi dirimu yang sombong dan lemah tak mau kenal dan mendekat kepada Allah/ padahal satu-satunya yang dapat menaklukkan nafsumu hanyalah Allah. Bila nafsumu yang tak pernah merasa puas diserahkan sepenuhnya kepada Allah, tentu kebingunganmu terselesaikan tuntas oleh Allah. Allah akan bertindak membenahi nafsumu yang suka memberontak. Allah bertindak bukan berdasarkan nafsu, melainkan bertindak dengan Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim terhadap ciptaan-Nya (dalam hal ini manusia bernafsu).
Renungkanlah wahai si Fulan!
Kau berkeinginan agarjiwamu tidak tergoncangkan. Kau datangi dukun/paranormal, bukan semakin mengurangi kegoncangan, malah semakin menambah berat kebingungan. Usahamu mendatangi dukun/paranormal untuk mengatasi kegoncangan jiwa, ibarat batang keladi yang begitu lemah digantungi beban berat. Sudah pasti batang keladi menjadi patah atau terkulai. Apakah menurut logikamu, dengan ditambahkannya beban berat di batang keladi, angin tidak lagi dapat menggoyangkan? Mestinya beban berat yang digantungkan pada batang keladi, diketahui dahulu bagaimana jenisnya, sehingga tidak sembarang beban digantungkan.
Ingatlah! Beban berat (menurut nafsu) namun sebenarnya tampak ringan adalah kekuatan dan kebesaran Allah. Di sinilah mestinya diikatkan dan sandarkan kelemahan jiwa. Bila jiwa telah terikat dengan Allah mau tidak mau atau terpaksa/tidak terpaksa, nafsu akan tunduk kepada Allah.
Wahai si Fulan! Dirimu terlalu banyak berharap dan penuh tuntutan terhadap indahnya dunia. Belum terpegang dan terselesaikan yang satu, kau telah merencanakan keinginan yang lain. Dari situlah sebenarnya awal kebingungan dirimu. Sudah benar jalan yang kau tempuh, sebelum kau menuduh atau berprasangka kepada fihak lain. Terlalu murah kau jual dirimu kepada dunia. Terlalu murah juga kau persembahkan jiwa raga kepada nafsu.
Wahai si Fulan!
Sesungguhnya yang menghancurkan jiwa ragamu adalah nafsumu yang terlal bergelora untuk meraih moleknya dunia. Berarti dirimu tak ubahnya ibarat seekor unta membawa banyak barang indah-indah, tetapi unta itu sendiri tidak dapat meni’matinya. Semakin letih dan payah dirasakan fisik. Sang Unta diperbudak oleh harta. Dalam hal ini disuruh membawa keindahan dan kemewahan dunia, seumpama seekor jarapah. Dia menjangkaukan lehernya untuk mengumpulan makanan sebanyak-banyaknya. Jika demikian kenyataan sikap hidup unta dan jerapah, bagaimana tidak akan muncul penyakit bingung.
Perhatikanlah cara jerapah makan, belum habis buah pada pohon yang satu . sudah memanjangkan lehernya untuk mengambil hasil buah/daun di pohon lain/tempat lain. Demikian pula dengan sang Unta ketika mengadakan perjalanan menggendong banyak beban, belum sampai di alamat, di tengah jalan sudah diisi lagi dengan beban/bawaan lain. Padahal diri sang Unta tidak meni’mati beban yang dibawanya. Bahkan lebih buruk lagi setelah sampai di tujuan bawaan-bawaan tadi diambil dan dini’matinya fihak lain.
Renungkanlah sentuhan firmah Allah ini, sebagai gambaran sang pengejar hiasan dunia:
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الأرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالأنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الأرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالأمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir. (QS.10:24)

Sumber: Lemah Iman, Oleh. Ki Munadi MS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar