Renungan
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَـٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّـٰلِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍۢ تَشْخَصُ فِيهِ ٱلْأَبْصَـٰرُ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, (QS.14:42)

Jumat, 29 Juli 2011

Sholat Dan Al-Qur’an Pelestari Fitrah Manusia

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًۭا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَـٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌۭ شِدَادٌۭ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS.66:6)

Manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan suci bersih, kesucian inilah yang harus senantiasa dijaga dan dipelihara agar tetap sesuai dengan ketentuan/ketetapan Allah sebagai Pencipta, agar dapat mewarisi surga yang dijanjikan Allah seperti yang dijelaskan pada:

تِلْكَ ٱلْجَنَّةُ ٱلَّتِى نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَن كَانَ تَقِيًّۭا
Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa. (QS.19:63)

Untuk menjaga kondisi suci bersih ini, maka lima potensi pada diri manusia (Ruh, Rasa, Hati, ‘Aqal, dan Nafsu) harus ada yang memimpin agar tetap terajut dalam satu sistem kesetimbangan. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rosulullah bahwa dalam diri manusia ini ada segumpal daging, yang apabila baik, maka baiklah seluruh anggota tubuhnya dan apabila rusak maka rusaklah seluruhnya, itulah HATI.

Dengan demikian HATI lah sebagai pemimpin dalam diri manusia yang bertugas untuk mengikat dan menghubungkan empat potensi lainnya (Ruh, Rasa, ‘Aqal dan Nafsu) agar senantiasa seiring sejalan sesuai fungsinya masing-masing, sehingga:
* Ruh dapat bermain cinta dengan Sang Pencipta, karena keberadaannya senantiasa bersih murni.
* Rasa dapat menangkap berita indah semesta, karena senantiasa dihiasi rasa nan halus dan lembut.
* ‘Aqal mampu menata pemberitaan-pemberitaan dari Pencipta, karena ‘akalnya jernih dan tajam.
* Nafsu tertata terarah, karena nafsu rajin puasa dan berpenampilan terpuji.

Itulah ciri apabila ke lima potensi tadi sudah cukup setimbang sempurna, karena semuanya tunduk dan patuh dengan aturan Al-Qur’an, sehingga akan melahirkan manusia yang lincah, gesit dan cekatan, karena tiada beban yang harus dipikul, Nafsu telah lepas dari keinginan-keinginan yang membebani perjalanan Ruh menuju Rabbnya.
Keadaan inilah yang akan mampu mengadakan perubahan-perubahan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya untuk menuju ke puncak kejayaan derajat manusia.
وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS.3:139)

Untuk menjaga ke lima potensi (Ruh, Rasa, Hati, ‘Aqal dan Nafsu) cukup setimbang sempurna, maka obatnya hanyalah  dengan tegaknya shalat dan Al-Qur’an sebagai pelita untuk membaca berita-berita besar bersama Sang Pencipta dalam rangka langkah-nyata para manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.

Dirangkum Oleh: MTB (Kajian Sabtu, 15-03-1997, Yayasan Badiyo-Malang)
 

2 komentar:

  1. kalo dulu waktu masih ngaji, sholat tepat waktu,mengaji juz,tidak terlalu berat.sebab terus diingatkan oleh teman-teman ngaji dan tentunya guru kita, Bapak.tp setelah lulus 6 tahun yang lalu dan hidup dilingkungan masyarakat,menjalani profesi, semua serba sulit.beberapa sakit yang dulu sudah tidak hinggap waktu masih ngaji, sekarang kambuh lagi.mengapa manusia semulia beliau cepat sekali pergi...

    BalasHapus
  2. Terkadang sayapun berpikir demikian, siapa pengganti Bapak?. tapi perlu diingat Allah menciptakan manusia dan laku-perbuatannya tidak ada satupun yang sama di dunia ini. Peran Bapak insyaAllah sudah ditunaikan Bapak dengan Baik. Kalau boleh saya mencontohkan zaman Rosullulloh Muhammad SAW ketika wafat, apakah Abu Bakar, Usman, Umar, Ali sebagai pengganti Muhammad?, bukan. Pada peran(era)nya mereka telah menunaikan tugasnya masing-masing. Tinggal kita yang masih ada ini, berusaha untuk meneruskan perjuangan beliau(Bapak) semampu kita masing-masing.

    BalasHapus